PERISTIWA SEKITAR PROKLAMASI 1945


KEKALAHAN JEPANG    


Berita kekalahan Jepang terhadap Sekutu diketahui oleh kalangan pemuda bangsa Indonesia di Bandung melalui berita siaran radio BBC (British Broadcasting Corporation) di London. Setelah mengetahui Jepang menyerah kepada Sekutu, para pemuda segera menemui Bung Karno dan Bung Hatta di jalan Pegangaan Timur No. 56 Jakarta (sekarang jalan Proklamasi, Jakarta). Dalam pertemuan itu, Sutan Syahrir sebagai juru bicara para pemuda meminta agar Bung Karno dan Bung Hatta segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia lepas dari campur tangan Jepang. Bung Karno tidak menyetujui usul para pemuda karena proklamasi kemerdekaan perlu dibicarakan dahulu dalam rapat PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
Para pemuda menolak pendapat Bung Karno. Para pemuda tidak menginginkan kemerdekaan Indonesia dianggap sebagai hadiah Jepang. Para pemuda karena belum berhasil membujuk Bung Karno, pada tanggal 15 Agustus 1945, pukul 20.00 WIB kembali mengadakan rapat di Lembaga Bakteriologi di jalan Pegangsaan Timur, Jakarta (sekarang; Fakultas Kesehatan Mayarakat UI) dengan dipimpin oleh Chaerul Saleh


Sesuai keputusan rapat, sekitar pukul 22.00 WIB, Wikana dan Darwis menemui Bung Karno dikediamannya di jalan Pegangsaan Timur No, 56 Jakarta. Pada pertemuan tersebut Wikana menyampaikan bahwa rapat telah menentukan kemerdekaan harus segera diproklamasikan oleh Sukarno pada tanggal 16 gustus 1945. permintaan dan tuntutan golongan muda ditolak Bung Karno, sebab masalah proklamasi kemerdekaan baru akan dibicarakan dalam rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945. 



PERISTIWA RENGASDENGKLOK

Para pemuda tidak putus asa atas penolakan itu. Mereka kemudian melaksanakan pertemuan kembali di Asrama Baperpi, di jalan Cikini No.71 Jakarta. Rapat itu memutuskan bahwa Bung Karno dan Bung Hatta harus dibawa keluar dari Jakarta agar tidak terpengaruh Jepang. Tugas itu dilaksanakan oleh Syudanco Singgih (anggota Peta), Sukarni, dan Yusuf Kunto dari Jakarta. Pada tanggal 16 Agustus pukul 04.00 WIB, Bung Karno dan Bung Hatta beserta Ibu Fatmawati dan Guntur (putranya yang masih bayi) dibawa ke Rengasdengklok, kota kawedanan di pantai utara kabupaten Karawang, Jawa Barat, tempat kedudukan Garnisun tentara Peta.
     Di Rengasdengklok tersebut terjadi lagi dialog seru, antara pemuda yang diwakili Sukarni dan Bung Karno. Bung Karno tetap pada pendiriannya tidak mau melangkah sendiri sebelum membiarkannya dalam rapat PPKI.
Keberadaan Sukarno akhirnya diketahui dari Wikana. Ketika itu juga, Ahmad Subarjo datang ke Rengasdengklok dan berhasil menyakini para pemuda bahwa Proklamasi akan diucapkan keesokan harinya pada tanggal 17 Agustus 1945 paling lambat pukul 12.00 WIB. Hal ini dapat dikabulkan dengan jaminan nyawanya sebagai taruhannya. Akhirnya Syudanco Subeno komandan kompi tentara Peta di Rengasdengklok bersedia melepaskan Sukarno – Hatta kembali ke Jakarta.

Penyusunan teks proklamasi
Pada malam hari tanggal 16 Agustus 1945, rombongan yang membawa Sukarno-Hatta tiba di Jakarta. Setelah singgah di rumah masing-masing, kemudian bersama rombongan lainnya menuju rumah Laksamana Maeda (seorang kepala perwakilan AL Jepang di Jakarta), jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta (sekarang; Museum perumusan naskah proklamasi)
Malam itu juga segera diadakan musyawarah untuk membahas persiapan proklamasi kemerdekaan, tokoh-tokoh yang hadir saat itu ialah; Ir. Sukarno, Drs. Mohammad Hatta, Achmad Subarjo, para anggota PPKI dan para tokoh muda, seperti; Sukarni, Sayuti Melik dan B.M.Diah dan lain-lain
Di ruang makan rumah Laksamana Maeda, disusun naskah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Tiga tokoh pemuda, yakni; Sukarni, Sudiro dan B.M. Diah, menyaksikan Sukarno, Mohammad Hatta dan Achmad Subardjo, membahas perumusan naskah proklamasi kemerdekaan. Sedangkan tokoh-tokoh lainnya menunggu di serambi depan
Perumusan naskah proklamasi kemerdekaan berjalan lancar. Kalimat pertama rumusan merupakan buah pikir dari Sukarno dan Achmad Subarjo yang diambil dari teks Pembukaan UUD 1945. sedangkah kalimat terakhir merupakan sumbangan pikiran Muhammad Hatta.

Konsep teks proklamasi yang ditulis tangan Ir.Sukarno, segera dibacakan dihadapan hadirin yang menunggu diruangan depan. Sukarno-Hatta mengusulkan agar yang menandatangi naskah adalah semua yang hadir, namun Sukarni mengusulkan agar teks proklamasi ditandatangani oleh Ir.Sukarno dan Mohammad Hattta atas nama bangsa Indonesia. Akhirnya usul tersebut disetujui, kemudian konsep teks proklamasi diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik.    Diputuskan bahwa proklamasi akan dibacakan di tempat kediaman Ir.Sukarno di jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta pada pukul 10.00 WIB. 

Pembacaan Naskah Proklamasi
Sejak pagi hari Jum’at, tanggal 17 Agustus 1945, dirumah Ir.Sukarno, dilakukan persiapan untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Banyak tokoh Pergerakan Nasional seperti Sukarno, Mohammad Hatta, B.M.Diah, Fatmawati, Ahmad Subarjo, Sayuti Melik, Dr.Buntaran Martoatmojo, Mr.AA. Maramis, Mr.Latuharhary, Abi Kusno Cokrosuyoso, Anwar Cokroaminoto, Harsono Cokroaminoto, Otto Iskandardinata, Ki Hajar Dewantara, Sam Ratulangie, KH. Mas Mansur, Mr.Sartono, Pandu Kartawiguna, M.Tabrani, Dr.Mawardi dan A.G. Pringgodigdo beserta rakyat berkumpul ditempat tersebut. Tepat pukul 10.00 WIB, upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia dimulai. Sebelum membacakan teks proklamasi, Ir.Sukarno menyampaikan pidato pendahuluan. Setelah menyampaikan pidato dilanjutkan pembacaan teks proklamasi. Upacara dilanjutkan dengan pengibaran bendera merah putih. Yang bertugas untuk menaikan bendera merah putih adalah Syudanco Latief Hendraningrat, SK Trimurti dan Suhud dengan diiringi lagu Indonesia Raya. Upacara diakhiri dengan sambutan walikota Jakarta, Suwiryo

Penyebaran Berita Proklamasi

Kantor berita Yoshima (Antara)
Pada tanggal 17 Agustus 1945 sekitar pukul 18.30 WIB, wartawan kantor berita Yoshima/ Domei (sekarang: Kantor Berita Antara). Syahrudinberhasil menyampaikan salinan teks proklamasi kepada Daidan B.Palenewen. oleh Daidan B.Palenewen, teks proklamasi tersebut diberikan kepada F.Wus seorang markonis (petugas telekomunikasi) di kantor berita tersebut, untuk segera diudarakan
Radio 
Pada tanggal 17 Agustus 1945, Syahrudin berhasil memasuki ruang siaran Radio Hoso Kanri Kyoku (sekarang; Radio Republik Indonesia). Tepat pukul 19.00 WIB. Teks proklamasi kemerdekaan berhasil disiarkan, M.Yusuf Ronodipuro, Bachtiar Lubis, dan Suprapto adalah tokoh-tokoh yang berperan besar dalam menyiarkan berita proklamasi tersebut
Surat kabar 
Berita proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan melalui beberapa surat kabar. Surat kabar yang pertama kali menyiarkan berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia adalah CAHAYA yang terbit di Bandung dan dan SOEARA ASIA yang terbit di Surabaya. Para pemuda yang berjuang lewat pers antara lain Adam Malik, Sayuti Melik, Sutan Syahrir, B.M. Diah, Ki Hajar Dewantara, Otto Iskandardinata, G.S.S.J. Ratulangi, Iwa Kusuma Sumantri, Sukoharjo Wiryopranoto, Sumanang S.H, Manai Sophian dan Ali Hasyim
Sarana lain
Selain melalui lembaga pemberitaan seperti radio dan surat kabar, berita proklamasi kemerdekaan Indonesia juga disebarkan melalui pemasangan pamflet, poster, dan spanduk. Sejumlah besar pamflet disebarkan keberbagai penjuru kota. Pamflet, poster dan spanduk dipasang ditempat-tempat strategis. Berita proklamasi kemerdekaan Indonesia juga menyebar melalui coretan pada tembok-tembok dan gerbong-gerbong kereta api


Kronologi Terbentuknya Kelengkapan NKRI

Undang-undang Dasar 1945

Pada 1 Maret 1945, panglima tentara Jepang, Letnan Jenderal Kumakici Harada mengumumkan dibentuknya Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Cosakai) yang disingkat BPUPKI. Badan ini bertugas menyelidiki dan mempelajari mengenai masalah tata pemerintahan atau pembentukan negara Indonesia merdeka.
Untuk melaksanakan tugasnya, BPUPKI mengumumkan nama-nama anggotanya pada tanggal 1 April 1945. Badan yang diketuai oleh dr. K.R.T Rajiman Wedyodiningrat dengan wakil ketuanya R.P Suroso bertugas menyiapkan kemerdekaan Indonesia. Badan ini diresmikan oleh Jenderal Itagaki bersama Letnan Jenderal Yuiciro Nagano. Untuk menyiapkan kemerdekaan Indonesia, BPUPKI mengadakan dua kali sidang, yaitu sidang pertama tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 dan sidang kedua pada tanggal 10 – 16 Juli 1945. Pada sidang pertama, BPUPKI lebih banyak membicarakan masalah dasar-dasar negara. Hasil sidang pertama tersebut ditindaklanjuti dengan pembentukan panitia perumus pada tanggal 22 Juni 1945. Panitia yang dikenal dengan nama Panitia Sembilan ini menghasilkan sebuah piagam yang kemudian dikenal dengan nama Piagam Jakarta yang berisi perumusan dasar negara dan pembukaan UUD 1945. Pada sidang kedua, BPUPKI berhasil membentuk tiga panitia, yaitu sebagai berikut;
1.      Panitia Perancang UUD yang diketuai oleh Ir. Sukarno;
2.      Panitia Pembela Tanah Air yang diketuai oleh Abikusno Cokrosuyoso;  
3.      Panitia Keuangan dan Perekonomian yang diketuai oleh Moh. Hatta;
Panitia perancang UUD dalam sidangnya pada tanggal 11 Juli 1945, menyepakati konsep naskah pembukaan undang-undang dasar negara diambil dari Piagam Jakarta.Rancangan tersebut kemudian disempurnakan lagi oleh Panitia Kecil Perancang Undang-Undang Dasar yang diketuai oleh Mr. Supomo. 
Kemudian pada tanggal 14 Juli 1945 BPUPKI menerima laporan panitia perancang UUD yang dibacakan oleh Ir. Sukarno, yaitu pernyataan Indonesia merdeka, pembukaan UUD dan batang tubuh UUD. Akhirnya BPUPKI menerima rancangan undang-undang tersebut yang dikenal dengan UUD 1945. 
Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI
Pada tanggal 18 Agustus 1945 presiden dan wakil presiden RI untuk pertama kali dipilih oleh PPKI karena MPR yang berhak memilih dan melantiknya belum terbentuk hal itu telah diatur dalam pasal III aturan tambahan UUD 1945. Dalam sidang pertama PPKI, Otto Iskandardinata mengusulkan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden RI dilakukan secara aklamasi. Akhirnya usul  disetujui. Kemudian PPKI memilih dan menetapkan Ir.Sukarno sebagai presiden dan Drs.Mohammad Hatta sebagai wakil presiden Republik Indonesia
Pembagian Wilayah Republik Indonesia
Sidang PPKI pada tanggal 19 Agustus 1945 juga telah memutuskan pembagian wilayah Indonesia untuk sementara waktu dibagi menjadi delapan Provinsi yang masing-masing dikepalai oleh seorang gubernur. Kedelapan provinsi beserta gubernurnya adalah sebagai berikut;  
Pembentukan Departemen

Sumatra
Jawa Barat
Jawa Tengah
Jawa Timur
Sunda Kecil (Nusa Tenggara)
Maluku
Sulawesi
Borneo (Sekarang Kalimantan)
: Mr.Teuku Mohammad Hasan
: Sutarjo Kartohadikusumo.
: R. Panji Suroso.
: R.A. Suryo.
: Mr. I Gusti Ketut Puja
: Mr. J. Latuharhary
: Dr.G.S.S.J. Ratulangie
: Ir.Pangeran Mohammad Noer
Pembentukan Departemen

Pada tanggal 2 September 1945 Presiden Sukarno berhasil menyusun cabinet RI pertama yang terdiri atas 12 menteri departemen dan 4 menteri Negara yang susunannya sebagai berikut:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12




Menteri Dalam Negeri
Menteri Luar Negeri
Menteri Keuangan
Menteri Kehakiman
Menteri Kemakmuran
Menteri Keamanan Rakyat
Menteri Kesehatan
Menteri Pengajaran
Menteri Penerangan
Menteri Sosial
Menteri Pekerjaan Umum
Menteri Perhubungan (a.i)
Menteri Negara
Menteri Negara
Menteri Negara
Menteri Negara
: R.A.A.Wiranata Kusumah.
: Mr.Achmad Subardjo
: Mr.A.A. Maramis
: Prof.Mr.Dr.Supomo
: Ir.Surachman Cokroadisuryo
: Supriyadi
: Dr.Buntaran Martoatmojo
: Ki Hajar Dewantara
: Mr.Amir Syarifudin
: Mr.Iwa Kusumasumantri
: Abikusno Cokrosuyoso
: Abikusno Cokrosuyoso
: Wachid Hasyim
: Dr.M. Amir
: Mr.R.M. Sartono
: R. Otto Iskandardinata

 Diangkat pula para pejabat tinggi Negara, sebagai berikut
Ketua Mahkamah Agung
Jaksa Agung 
Sekretaris Negara
Juru Bicara Negara
: Mr.Dr.Kusumah Atmaja
: Mr. Dr. Gatot Tanumiharja
: Mr.A.G. Priggodigdo
: Sukarjo Wiryopranoto