PERLAWANAN RAKYAT SAPARUA TERHADAP VOC (1817)

A.    Perlawanan Saparua 1817
Berdasarkan Traktat London I tahun 1814 (antara Belanda dan Inggris), maka semua jajahan Belanda (kecuali Kaapkoloni dan Sri Lanka) dikembalikan kepada Belanda. Ini berarti jajahan Inggris di Indonesia, yang dulu direbut dari Belanda, harus dikembalikan kepada Belanda. Bertolak dari keputusan tersebut, maka Indonesia akan dijajah kembali oleh Belanda. Dengan demikian penindasan yang pernah dilakukan terhadap rakyat Indonesia juga akan dilakukan kembali, dan memang demikian. Itulah sebabnya, rakyat Indonesia lalu melakukan perlawanan-perlawanan, yang diawali dengan perlawanan rakyat Saparua dari Maluku. Maluku sangat penting bagi Belanda karena daerah ini merupakan penghasil rempah-rempah. Hal itu sudah dilakukan ratusan tahun oleh Belanda sampai jatuhnya VOC tahun 1799 .
Ketika rakyat Maluku mendengar bahwa Belanda akan berkuasa kembali di Maluku, masyarakat Maluku trauma akan kembalinya sistem monopoli VOC dan Pelayaran Hongi. Dengan adanya monopoli itu, maka harga rempah-rempah ditentukan oleh Belanda, yang biasanya sangat murah. Belanda melakukan pengawasan ketat terhadap penduduk dan tidak jarang menggunakan kekerasan. Perdagangan yang dilakukan oleh penduduk Maluku dengan pedagang Jawa, Melayu dan lain-lain dianggap perdagangan gelap. Karena itu kembalinya Belanda ke Maluku tahun 1816 dicurigai bahwa mereka akan mengembalikan sistem monopoli yang menakutkan itu.
Di samping monopoli rempah-rempah, rakyat Maluku juga trauma akan kembalinya Pelayaran Hongi. Untuk mencegah jangan sampai harga cengkeh di pasaran menurun karena kebanyakan produksi, maka Belanda memaksa rakyat untuk menebang pohon cengkehnya. Untuk itu, maka dilakukan Pelayaran Hongi yaitu pelayaran bersenjata untuk membasmi pohon rempah-rempah yang dianggap berlebih sekaligus untuk mencegah perdagangan gelap. Karena tindakan yang kejam itu rakyat kehilangan mata pencahariannya dan tenggelam ke dalam kesengsaraan dan kelaparan. Pada masa pemerintahan Inggris di Maluku timbul harapan bagi rakyat. Untuk menarik hati rakyat, penguasa Inggris mengeluarkan peraturan yang meringankan beban-beban rakyat, penyerahan paksa dihapus, dan pekerjaan rodi dikurangi. Pemasukan barang-barang dagangan dilakukan. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Setelah daerah ini benar-benar kembali ke tangan Belanda, praktek-praktek lama dijalankan kembali.